KUALA LUMPUR (REUTERS) – Malaysia mengatakan pada Sabtu (19 Desember) bahwa pihaknya telah mengamankan vaksin virus corona dari AstraZeneca PLC, menyusul berita bahwa pihaknya akan menerima vaksin Pfizer-BioNTech pada Februari karena bergulat dengan lonjakan infeksi.
Kesepakatan AstraZeneca, yang akan ditandatangani pada hari Senin, akan memungkinkan imunisasi sekitar 20 persen dari populasi Malaysia yang berjumlah 32 juta, serupa dengan kesepakatan dengan raksasa AS Pfizer Inc dan mitra Jermannya BioNTech SE, kata Menteri Kesehatan Adham Baba.
Negara Asia Tenggara itu telah mengalami lonjakan kasus sejak September, dengan hampir 92.000 kasus virus corona baru dan 433 kematian Covid-19.
Malaysia mengharapkan untuk menerima vaksin yang cukup untuk menginokulasi 10 persen populasi melalui fasilitas Covax global, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia, katanya dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah sedang bekerja untuk mengamankan lebih banyak kesepakatan untuk memperluas inokulasi ke 70 persen dari populasi, kata Datuk Seri Adham.
“Yang penting adalah perusahaan mana yang dapat memberi kami akses cepat ke vaksin mereka dan itu harus aman, efektif, dan berkualitas tinggi,” katanya.
Pemerintah mengharapkan untuk menerima batch pertama dosis vaksin Pfizer-BioNTech pada Februari, kata kawat berita nasional Bernama.
Bulan lalu, Malaysia mengumumkan telah setuju untuk membeli 12,8 juta dosis vaksin, menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mencapai kesepakatan dengan produsen obat AS.
Berdasarkan kesepakatan itu, Pfizer akan mengirimkan satu juta dosis pertama pada kuartal pertama 2021, dengan 1,7 juta, 5,8 juta, dan 4,3 juta dosis menyusul pada kuartal berikutnya.
Pfizer dan mitra Jerman mereka BioNTech memiliki kesepakatan pasokan dengan beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Kanada, Australia dan Inggris.
Mereka berharap dapat memproduksi secara global hingga 50 juta dosis vaksin pada tahun 2020 dan hingga 1,3 miliar dosis pada tahun 2021.
Lebih dari 150 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji secara global untuk menghentikan pandemi Covid-19, dengan 48 dalam uji coba pada manusia, kata WHO.